Senin, 12 Maret 2012

Mengungkap Hikmah dengan Kisah Feature Radio

( Mengembangkan Dakwah dengan Jurnalistik Radio)
Oleh : Vedy Santoso
Pendahuluan
            Di era konvergensi media seperti sekarang ini kehidupan manusia tak lepas dari pengaruh informasi. Kenyataan membuktikan bahwa hubungan manusia modern sekarang ini hampir-hampir tidak bisa menghindarkan diri dari pemakaian alat komunikasi massa.  Saat bangun tidur kita sudah disapa dengan berita kriminal dari televisi, kemudian, sarapan pagi ditemani dengan berita politik terhangat sebuah koran harian, saat berangkat kerja kita sudah di sambut dengan berita bisnis dari radio sampai-sampai ketika sudah tiba tempat kerja masih menyempatkan untuk membaca artikel di situs berita melalui  telphon genggam.
Menurut Calr I Hovland, ciri yang sangat menonjol bagi abad XX adalah kenyataan kita hidup dalam abad komunikasi massa. Bagi masyarakat kita Koran, radio, televisi, majalah, buku-buku saku dan lain sebagainya. Semua itu menjadi sumber pokok untuk mengetahui kenyataan, pendapat, hiburan, dan penerangan.[1] Radio merupakan salah satu media yang cukup berpengaruh di masyarakat. Di lihat dari karakternya yang praktis , dapat menembus plosok-plosok desa yang tidak dapat di jangkau oleh media cetak. Peranan radio tidak kalah pentingnya untuk membina pendapat umum.
 Informasi dapat dijadikan alat untuk membentuk pendapat publik (public opinion) yang mempengaruhi dan mengendalikan pikiran, sikap, dan perilaku manusia.[2] Salah satu bentuk penyajian informasi yang cukup berpengaruh  adalah jenis berita dengan gaya feature: "mengisahkan sebuah cerita". ada banyak jenis feature yang dapat dipilih untuk dijadikan feature yang bernuansa dakwah. Feature radio merupakan media dakwah yang tidak dapat dipandang sebelah mata. Selain radio sebagai media paling awal yang dikenal manusia, karakteristik radio yang menggunakan audio juga sangat berpengaruh pada otak juga kekuatan audio dapat menggetarkan hati pendengar.
Salah satu cara berdakwah yang termaktub dalam Al-Quran yaitu Ad da’wah bil hikmah yang mempunyai arti: Kemampuan seorang dai dalam melaksanakan dakwah dengan jitu karena pengetahuanya yang tuntas lagi tepat tentang lika-liku dakwah.[3] Dengan kecanggihan teknologi keadaan masyarakat  saat ini,  feature Radio dapat dipilih sebagai alat untuk menyampaikan  materi dakwah yang hendak diberikan. Seperti yang di jelaskan dalam buku jurnalistik dakwah karangan Sutirman Eka Ardana bahwa para Perawi hadits seperti Imam Bukhori, Imam Muslim, Tirmidzi, Abu Daud, Ibnu Huzaimah, Ibnu Hibban dan Muatha Imam Malik sesungguhnya merupakan penulis-penulis feature yang baik. Karena kitab-kitab kumpulan hadits seperti kitab Al-Jami’us Shaheh dari Imam Bukhori sebenarnya kumpulan feature-feature yang Islami.
Pada makalah ini penulis hendak mengkaji sejauh mana kekautan feature radio mampu menjadi sebuah kekuatan publik yang efektif memberikan pengaruh ditengah-tengah masyarakat. Kaitannya dengan kegiatan dakwah, kajian ini hendak memotret urgensi feature radio yang berperan mengemban misi dakwah tersebut.
Berita dan Hikmah
            Sebelum membahas lebih dalam tentang feature ada baiknya terlebih dahulu kita menyamakan persepsi tentang pengertian berita terlebih dahulu. Banyak pendapat para ahli di bidang jurnalistik yang memberikan pengertian tentang berita diantaranya Dean M.Lyle Spencer dalam bukunya yang berjudul News Writings yang kemudian dikutip oleh George Fox Mott (New survey Journalism) yang menyatakan bahwa :
“Berita dapat didefinisikan sebagai setiap fakta yang akurat atau suatu ide yang dapat menarik perhatian bagi sejumlah besar pembaca.”
Sedangkan Mitchel V. Charnley dalam bukunya reporting edisi III menyebutkan :
“Berita adalah laporan yang tepat waktu mengenai fakta atau opini yang memiliki daya tarik atau hal penting atau kedua-duanya bagi masyarakat luas .”
Agak sulit untuk mendefinisikan berita karena begitu variannya peristiwa yang terjadi, melihat dari definisi-definisi para ahli jurnalistik di atas dapat di gambarkan bahwa :
¨      Berita adalah hal yang tidak biasa
¨      Berita adalah sesuatu yang baru
¨      Berita adalah peristiwa atau sesuatu yang berdampak
¨      Berita adalah sesuatu yang menarik.
¨      Berita adalah apa yang terjadi “saat ini”.
¨      Berita adalah sesuatu yang terjadi di sekitar kita.
¨      Berita adalah informasi.
¨      Berita adalah konflik.
¨      Berita adalah bercerita tentang manusia.
¨      Berita adalah persitiwa atau sesuatu yang berdampak
            Tidak semua peristiwa dapat dibuat berita oleh seorang jurnalis untuk disiarkan, tetapi peristiwa tersebut harus memiliki nilai berita diantaranya :
¨      Significance (Penting), mempengaruhi kehidupan khalayak/pendengar.
¨      Magtitude (Besar), menyangkut angka-angka yang berarti bagi pendengar.
¨      Timeliness (Waktu), merupakan kejadian aktual atau yang baru dikemukakan.
¨      Proximity (Dekat), menyangkut jauh dekatnya peristiwa dari orang  yang mengetahui beritanya, atau nilai-nilai sosial yang menjadi sasaran (geografis-emosional).
¨      Prominence (tenar), Berbicara tentang besar kecilnya ketokohan yang terlibat dalam peristiwa
¨      Human Interest (Manusiawi), memberi sentuhan perasaan bagi pendengar, biasanya feature menggunakan nilai berita ini untuk mempengaruhi pengertian pendengar dalam mengungkap hikmah dibalik peristiwa.

Dalam menulis berita seorang jurnalis memiliki  otonomi tinggi dalam menentukan pilihan. Cita–cita jurnalis, yakni pencarian kebenaran yang tidak bias, dan pemberitaan kebenaran sejujurnya, mengandung arti bahwa pekerjaan jurnalistik tidak boleh berpihak.[4] Namun prakteknya, sebagai manusia, jurnalis mempunyai nilai-nilai pribadi yang mempengaruhi segala yang mereka lakukan termasuk dalam menentukan berita. Seperti yang disimpulkan oleh Herbert Gans, seorang sosiolog yang mempelajari berita di media Amerika selama 20 tahun bahwa jurnalis punya sistem nilai khas yang utama.
Sejalan dengan perkembanganya banyak muncul berbagai bentuk jurnalistik. Ada jurnalistik liberal, investigatif, jurnalistik broadcasting dan yang sempat menjadi kontroversi  dikalangan pakar jurnalistik dan tokoh pers yaitu jurnalistik infotaimen. Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga sempat  memfatwakan jurnalistik infotaimen haram karena terkadang ada yang mengungkap aib orang lain.
            Ada tantangan yang berbeda di jurnalistik radio saat membuat berita. Karena seorang jurnalis radio tidak hanya mengumpulkan prosa saja,tetapi juga meramunya dalam sebuah sajak yang enak ditelinga dan tentunya menggugah hati pendengarnya. Apalagi dalm membuat feature radio yang menuntut jiwa seni dari jurnalis dalam  proses produksi , mulai dari memilih backsaund sampai dengan memasukan steatmen dari narasumber. Yang harus dapat mempengaruhi imajinasi pendengar.
Pendengar dalam ilmu dakwah diletakan sebagai mad’u yaitu manusia yang terdiri dari unsur jasmani, akal, dan jiwa. Seperti yang di kemukakan Quraish Shihab, materi-materi dakwah yang disajikan oleh Al-Quran dibuktikan dengan argumentasi yang dipaparkan atau yang dapat dibukitkan manusia melalui penalaran akalnya.[5] Sehingga Feature radio yang dibuat yaitu jenis berita yang mencoba mengunggkap hikmah dari peristiwa melalui fakta-fakta yang mempengaruhi penalaran pendengar.
Metode ini dapat digunakan agar mad’u merasa ikut berperan dalam menentukan suatu kebenaran. Dengan demikian, pendengar akan merasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap suatu kenyataan yang ada, melaui kisah yang disajikan dalam feture radio. Dalam Al-Quran prinsip metode dakwah yang dapat dijadikan acuan yaitu surat An-Nahl ayat 125 : yang artinya, “Serulah (manusia) kejalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat di jalan-Nya dan Dialah yang mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
            Dari surat An-Nahl (lebah) mengandung pesan tentang kewajiban dakwah dan metode dakwah, dalam hal ini misteri, hikmah, dan rahasia yang tersirat, yakni melalui pendekatan kolrelasi dan keserasian (muhasabah).[6] Menurut Ibnu Rusyd, dakwah dengan hikmah artinya dakwah dengan pendekatan substansi yang mengarah pada falsafah, dengan nasehat yang baik, yang berarti dengan  retorika yang efektif dan popular, maksudnya ialah metode dialektis yang unggul.[7] Jurnalistik radio dapat dikembangkan sebagai dakwah bil al-hikmah yang berarti dakwah bijak, yang bermakna selalu memperhatikan suasana, situasi, dan kondisi pendengar (mad’u).
            Dalam menulis berita feature, seorang  jurnlis radio dapat menggunakan metode yang relevan dan realistis sebagaimana tantangan dan kebutuhan masyarakat saat ini, dengan selalu memperhatikan kadar pemikiran dan intelektual, suasana pasikologis, dan situasi sosial kultural pendengar.
           
Karakter Media Radio
Radio menggunakan bahasa lisan (audio) dalam memberikan stimuli kepada khalayaknya yaitu pendengar. Secara psikologis suara adalah sensasi yang terpersepsikan ke dalam kemasan auditif. Suara dalam sebuah radio adalah suatu kombinasi tekanan emosional, perseptual, dan fiikal yang timbul dan berasal dari suatu suara yang termediasi oleh teknologi yang kemudian menimbulkan formasi imajinasi visual tertentu di benak pendengar.[8] hasil pencampuran dari music, intonasi kata-kata, dan efek suara lain dapat mempengaruhi emosi  dan memberikan pengertian kepada pendengar sehingga pesan-pesan dakwah dapat dikemas dalam feature radio.
            Sebagai medium komunikasi yang semakin diperlukan oleh masyarakat karena memiliki tiga kekuatan penting diantaranya : Pertama, mobilitas tinggi: Radio bisa membawa pendengarnya kemana-mana sambil tetap beraktivitas di suatunlokasi. Kedua, realitas: radio menggiring pendengar kedalam kenyataan dengan suara-suara actual dan bunyi dari fakta yang terekam dan di siarkan. Ketiga, Kesegeraan: radio menyajikan informasi dan petunjuk yang di butuhkan pendengar secara cepat, bahkan secara langsung pada saat kejadian.[9] Pendengar juga bisa berinteraksi langsung dengan penyiar secara mudah melalui fasilitas telepon.
            Secara teknologis dan sosiologis, radio dengan modal utamanya suara memiliki sejumlah kelebihan dan sekaligus kelemahan.
Kelebihan
Kelemahan
Sarana tercepat penyebar informasi dan hiburan
Hanya bunyi, tidak ada visualisasi yang tampak nyata
Dapat diterima di daerah yang belum memiliki sambungan listrik. Produksi siaranya singkat dan berbiaya murah
Tergantung pada kondisi dan stabilitas udara di suatu lokasi. Tidak bisa mengirim pesan dan informasi secara mendetail
Merakyat. Buta huruf bukan kendala , harga pesawat radio yang murah dan mudah dibawa kemana-mana
Terdengar selintas, sulit diingat, dan tidak bisa diulangi. Hanya bisa di dengar, tidak bisa didokumentasikan
  
            Ada tiga pihak yang berinteraksi dalam siaran radio. Pertama, penutur yang terdiri atas DJ, penyiar, reporter, penulis naskah, editor, dan sebagainya. Kedua, pendengar yang terdiri atas pendengar aktif dan pendengar pasif. Ketiga, pesawat radio penerima siaran dengan beragam klasifikasi dan ukuran sesuai dengan spesifikasi teknologi yang dipakai.[10]Dari ketiganya, pendengar diletakan sebagai mad’u atau komunikator yang akan mendapat pesan-pesan yang dibuat oleh jurnalis radio.Oleh sebab itu memahami tiologi pendengar amatlah penting saat membuat feature radio agar proses komunikasi dapat efektif.
            Dalam interaksinya dengan radio, ada enam macam perilaku pendengar. Pertama,rentang konsentrasi dengarnya pendek karena menyimak radio sambil mengerjakan berbagai kegiatan lain. Kedua, perhatiannya dapat cepat teralih oleh orang atau peristiwa disekitarnya karena baginya radio merupakan teman santai.Ketiga, tidak bias menyerap informasi banyak  dalam sekali dengar  karena daya ingat yang terbatas akibat dari aktivitas pendengaran yang selintas. Keempat, lebih tertarik pada hal-hal yang mempengaruhi kehidupan mereka secara langsung, seperti tetangga atau teman. Kelima, secara mental dan literal mudah mematikan radio. Keenam, umumnya pendengar tidak terdeteksi secara konstan dan heterogen.
            Menurut skala partisipasi terhadap acara siaran ada empat tipologi pendengar. eperti yang dilaskan masduki dalam buku Menjadi Broadcaster Profesional sebagai berikut ;
Tipologi
Penjelasan
Pendengar spontan
Bersifat kebetulan. Tidak berencana mendengarkan siaran radio atau acara tertentu. Perhatian mudah beralih ke aktivitas lain.
Pendengar pasif
Suka mendengarkan siaran radio untuk mengisi waktu luang dan menghibur diri, menjadikan radio sebagai teman biasa.
Pendengar selektif
Mendengar siaran radio pada jam atau acara tertentu saja, fanatic pada sebuah acara atau penyiar tertentu yang menyediakan waktu khusus untuk mendengarkanya.
Pendengar aktif
Secara regular tak terbatas mendengarkan siaran radio, apapun, dimanapun, dan aktif berinteraksi melalui telepon. Radio menjadi sahabat utama, tidak haya pada waktu luang.

Jurnalistik Radio
            Jurnalisme adalah seni, bukan sains. Penilaian bukan formula, yang akan menentukan mana kejadian dan isu yang akan diberitakan dan cara pemberitaanya – tidak ada dua jurnalis yang memandang berita dengan cara yang persis sama.[11] Seorang jurnalis berusaha mencari kebenaran berusaha mencari kebenaran dan menyampaikan kepada khalayak secara akurat. Seperti dalam buku teori komunikasi massa ,John Vivian dijelaskan Kebenaran (truth) adalah pemahaman yang luas dan akurat. Hanya saja mengingat bahwa semua manusia, termasuk jurnalis, memberikan nilai personal atas apa yang mereka lihat yang kemudian mereka beritakan. Sehingga konsep objektivitas selalu menjadi problem yang memyebabkan ada ketidakakuratan dan kesalahan dalam berita. Selain itu dalam pengumpulan berita juga melibatkan banyak orang, karena kerja berita adalah kerja tim. Berita mengalami beberapa perubahan di beberapa titik dalam rantai komunikasi. Terdapat gatekeeper(penjaga gerbang) yang menghilangkan, meringkas, dan menambahi berita agar pesan lebih baik dalam penyajianya.
            Siaran berita melalui media radio sifatnya hanya sekilas atau disebut juga dengan istilah “transitori” artinya informasi yang di sampaikan hanya dapat didengar sepintas saja. Untuk itulah dalam teknik penulisan berita di media elektronik dibedakan dengan cara-cara penulisan berita di media cetak. Agar pesan informasi yang disampaikan mudah di mengerti dan di pahami oleh pendengar yang terdiri dari berbagai lapisan masyarakat dengan latar belakang yang berbeda.
            Jurnalistik radio (radio journalism, broadcast journalism) adalah proses produksi berita dan penyebarluasannya melalui media radio siaran. Jurnalistik radio adalah “bercerita” (storytelling), yakni menceritakan atau menuturkan sebuah peristiwa atau masalah, dengan gaya percakapan (conversational).[12] Karakteristik berita radio adalah Auditif hanya didengarkan lewat telinga manusia. Sehingga dalam penulisanya menggunakan bahasa tutur atau kata-kata yang biasa diucapkan dalam obrolan sehari-hari (spoken words). Selain itu kalimat berita radio menggunakan kalimat aktif yang bersifat global, tidak mendetail penggunaan angka-angka juga dibulatkan. Kata-kata yang dipilih  sama dengan kosakata pendengar agar dapat langsung dimengerti. Hanya saja dalam berita radio di perkaya dengan insert narasumber yang memberikan kepercayaan lebih pada pendengar.

Menulis Feature untuk berdakwah
            Feature dapat diartikan sebagai berita kisah atau karangan khas.[13] Feature disebut berita kisah, karena bentuk tuliasan ini lebih banyak menekankan pada unsur kisah dari suatu obyek yang sedang diceritakan. Dan di sebut karangan khas, karena feature memiliki sifat khusus disamping memberikan informasi juga memberikan hiburan. Penulis feature radio pada hakikatnya adalah seorang yang berkisah. Ia melukis gambar dengan kata-kata, ia menghidupkan imajinasi pendengar. Kemudian menarik pendengar masuk ke dalam cerita itu dengan membantunya mengidentifikasikan diri dengan tokoh utama.
            Teknik penulisan feature menggunakan struktur bebas. Tidak harus mengunakan system piramida terbalik seperti dalam berita singkat (straight news) yang meletakan bagian yang menarik di awal. Tetapi feature lebih banyak menggunakan sisitem piramida tegak yang justru meletakan bagian yang dramatis di bagian akhir. Penulis feature  membutuhkan imajinasi yang baik untuk menjahit kata-kata dan rangkaian kata menjadi cerita yang menarik. Tapi, seperti juga bentuk-bentuk jurnalisme lainnya, imajinasi penulis tidak boleh mewarnai fakta-fakta dalam ceritanya. Jadi cerita khayalan tidak boleh ada dalam penulisan feature.
            Obyek feture radio dapat memotret berbagai segi kehidupan manusia, mulai dari gedung-gedung bertingkat sampai perkampungan penduduk yang kumuh. Kemudian menggungkap hikmah dari peristiwa yang ada kepada pendengar untuk memepengaruhi empati masyarakat. Namun secara garis besar feature terbagi dalam berbagai jenis diantaranya : human interest feature,feture mengenai kisah seseorang (biografi), feature mengenai sejarah, feature sejarah, feature perjalanan, feature ilmu pengetahuan, feture mengenai duka-cita dan bencana. Serta feature mengenai perjuangan kehidupan. Dari jenis-jenis feature yang ada dapat dipilih untuk dijadikan feature yang bernuansa dakwah.
            Feature mengenai kisah seseorang (biografi) dapat dipilih untuk menulis biografi para ulama yang telah mengabdikan kehidupanya menyebarkan agama Islam.mengunkap karakternya agar dapat dicontoh oleh pendengar. Profil yang baik juga semestinya bisa memberikan kesan kepada pendengar bahwa mereka telah bertemu dan berbicara dengan sang tokoh. Feature sejarah dapat dipilih untuk mengungkap hikmah perjuangan dan pengembangan Islam. Misalnya sejarah perjuangan Sunan Kalijaga dalam menyebarkan agama Islam kepada penduduk tanah Jawa. Dan masih banyak  lainya,tentu  menuntut kreatifitas seorang jurnalis radio dalam mengemasnya kedalam  bentuk feature radio yang menarik. Karena pada dasarnya semua sisi kehidupan dapat disentuh oleh penulisan feature radio yang bernuansa dakwah jika memang seorang jurnalis mau melakukanya.
Daftar Pustaka

Al-Quran Al-Karim
Ardhana, Suratman Eka. 1995, Jurnalistik Dakwah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Vivian, John. 2008, Teori Komunikasi Massa edisi Kedelapan, Jakarta: Kencana.
Muhiddin, Asep. 2002, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an, Bandung: Pustaka Setia.
Amin, Masyur. 1997, Dakwah Islam dan Pesan Moral, Yogyakarta: Al Amin Pres.           
Masduki. 2004, Menjadi Broadcaster Professional, Yogyakarta: L KiS.
Imam Taufik Alkhotob. Pers dan Jurnalistik Dakwah (Sebuah Upaya Membangun Opini Publik), makalah
Iskandar Muda, Deddy. 2003, Jurnalistik Televisi: Menjadi Reperter Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
McQuail, Denis dan Windhal, Sven.1985, Model-model Komunikasi, Jakarta: Uni Primas
Suminto, Aqib. 1973, Problematika Dakwah.


[1] Calr l Hovland, Effects of the mass media of communication, dalam buku Aqib Suminto, Problematika Dakwah,1973: hlm. 54
[2] Imam Taufik Alkhotob, Pers dan Jurnalistik Dakwah (Sebuah Upaya Membangun Opini Publik), makalah
[3] Masyur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, Yogyakarta: Al Amin Pres, 1997,  hlm. 22
[4] John Vivian, Teori Komunikasi Massa edisi Kedelapan, Jakarta: Kencana, 2008, hlm.308
[5] AsepMuhiddin, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an, Bandung: Pustaka Setia, 2002 hlm. 160
[6] Ibid: hlm. 161
[7] Ibid: hlm. 162
[8] Masduki, Menjadi Broadcaster Professional, Yogyakarta: L KiS, 2004, hlm.16
[9] Ibid: hlm. 17

[11] John Vivian, Teori Komunikasi Massa edisi Kedelapan, Jakarta: Kencana, 2008, hlm.329
[13] Sutirman Eka Ardhana, Jurnalistik Dakwah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,1995, hlm. 35